Bismillah..
Cikubang, Wanayasa Sabtu 29 November 2014
di Villa Peradaban Mesjid AlL-Aqobah
Assalamaualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semoga iman kita saat ini tetap terjaga, semoga kita termasuk orang yang senantiasa memperbaiki pribadi menjadi lebih baik agar mendapat rahmat dari Allah swt.
Berikut ini adalah ilmu yang diperoleh saat Mabit kemarin, ilmu yang begitu luar biasa untuk teman-teman sang kader aktivis, untuk teman-teman yang hatinya telah tergugah tuk senantiasa merenungi dan memperbaki diri, untuk teman-teman yang ingin berubah, untuk teman-teman yang haus akan ilmu dan pencerahan. Karena jika itu kebaikan, maka ajaklah orang lain untuk melakukannya. Jika itu kebaikan, maka tak ada alasan untuk takut menyebarkannya. Ilmu selalu menuntut untuk disebarkan. Ia akan lebih dipahami saat disebarkan, ia akan lebih berguna jika disebarkan.
Jika Engkau ditanya “Dimana Allah?” Maka jawablah “Allah berada di atas langit, di atas ‘Arasy, di atas seluruh makhluk-Nya, dan ilmu-Nya menjangkau semua tempat ”, karena itulah jawaban yang tepat dan sesuai dengan manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah. Karena dengan ilmu, maka segalanya nampak lebih jelas.
Dari Ustad. Arief P. Soekarno
"Bergerak Menebar Manfaat"
Seperti dalam sebuah hadis Hasan bahwa "Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain" (HR Iman As Sujuti dan Al Bani).
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (Al Fusilat : 33)
Ayat ini menjelaskan mengenai keutamaan dalam dakwah. Dan bahkan dalam sebuah hadist menjelaskan bahwa tak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah. Sungguh, kita termasuk orang yang beruntung ketika termasuk dalam barisan ini.
"Demi Allah, sesungguhnya Allah swt menunjuki seseorang dengan dakwamu maka itu lebih bagimu dari pada Unta merah" (HR Bukhori Muslim Ahmad).
Lihatlah, betapa Allah begitu memuliakan orang-orang yang berjalan untuk membela agama-Nya. Sungguh, ketika semangat itu menurun maka ingatlah bahwa tujuan kita adalah hanya Allah swt semata.
"Sesungguhnya Allah memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit bumi, senut-semut di lubangnya, dan ikan di laut yang mendoakan orang yang menyebar kebaikan" (HR Muslim).
"Sungguh beruntung orang yang mati tapi kebaikannya tak turut mati. Dan sungguh celaka orang yang mati namun keburukannya tidak pula ikut mati"
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.(At Taubah : 105)
Lalu tahapan apakah yang harus dilakukan dalam berdakwah itu, yaitu :
Pertama Fahm, yakni yang kita perjuangkan adalah pemikiran islam yang bersih. Seperti yang kita ketahui, bahwa islam adalah agama yang menyeluruh, mencakup aspek kehidupan, dan Al Quran dan sunah adalah pedoman yang sempurna dalam mengarungi kehidupan.
Maka ketika semuanya telah tercapai sebagai karakter pribadi muslim maka akan terbentuk suatu kesimpulan bahwa "Al Quran adalah Dustur kami, Rosul adalah Qudwah kami" ketika keduanya telah terpatri menjadi pedoman kita, maka salah satu tahapan dakwah Fahm telah terpenuhi.
Kedua Ikhlas, yaitu segala sesuatunya hanya untuk mencari ridho Allah. Seperti tertulis dalam Quran suart Al Anam ayat 162-163 yaitu : "Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) ditak termasuk orang yang Musyrik. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)".
Maka ketika ikhlas itu telah kita raih, hanya akan membuat kesimpulan bahwa Allah adalah Tujuan kami.
Ketiga Amal, karena buah dari ilmu dan keikhlasan adalah amal.Seperti yang diketahui bahwa amal adalah segala sesuatu yang kita kerjakan dalam keihlasan dan ilmu, karena segala sesuatunya harus ada tuntunan dan petunjuk dari Al Quran dan apa yang Rosul contohkan. Menurut Syaikh Hasan Al-Banna, kepribadian Islam meliputi 10 aspek, sebagaimana berikut ini:
- Salim
Al-Aqidah (bersihnya akidah). Setiap individu dituntut untuk memiliki
kelurusan akidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman
terhadap Al-qur’an & As-Sunnah.
- Shahih
Al-Ibadah (lurusnya ibadah). Setiap individu dituntut untuk beribadah
sesuai dengan tuntutan syariat. Pada dasarnya ibadah bukanlah hasil
ijtihad seseorang karena ibadah tidak dapat diseimbangkan melalui
penambahan, pengurangan, atau penyesuaian dengan kondisi dan kemajuan
zaman.
- Mantin Al-Khuluq (kukuhnya akhlak). Setiap individu
dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlak sehingga mampu mengendalikan
hawa nafsu dan syahwat.
- Qadir ‘ala Al-Kasb (mampu mencari
penghidupan). Setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi
dan kreativitasnya dalam kebutuhan hidup.
- Mutsaqaf Al-Fikr
(luas wawasan berpikirnya). Setiap individu dituntut untuk memiliki
keluasan wawasan. Ia harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk
mengembangkan wawasan.
- Qawiy Al-Jism (kuat fisiknya). Setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana yang dipersiapkan Islam.
- Mujahid
linafsih (pejuang diri sendiri). Setiap individu dituntut untuk
memerangi hawa nafsunya dan mengukuhkan diri di atas hokum-hukum Allah
melalui ibadah dan amal shaleh. Artinya, setiap pribadi dituntut untuk
berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia ke dalam
kebathilan dan kejahatan.
- Munazham fi syu’unih (teratur
urusannya). Setiap individu dituntut untuk mampu mengatur segala
urusannya sesuai dengn aturan Islam. Pada dasarnya segala yang tidak
teratur hanya akan berakhir pada kegagalan.
- Haris ‘ala Waqtih
(memperhatikan waktunya). Setiap individu dituntut untuk mampu
memelihara waktunya sehingga akan terhindar dari kelalaian. Setiap
individu juga dituntut untuk mampu menghargai waktu orang lain sehingga
tidak akan membiarkan orang lain melakukan kesia-siaan.
- Nafi’ li Ghairih (bermanfaat bagi orang lain). Setiap individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Keempat Jihad, yaitu adalah kewajiban hingga kiamat dengan pengingkaran dengan hati adalah tahapan jihad paling rendaah dan tahapan jihad paling tinggi yaitu untuk perang di jalan Allah. Karena tidaklah dakwah hidup, kecuali dengan jihad. Dan diantara tahapan jihad, diantaranya adalah jihad dengan pena dan lisan, maka tak ada alasan kita tuk menebarkan benih-benih kebaikan diantara lingkungan kita. Setelah itu terbentuk, maka Jihad adalah Jalan kami. Selalu ada cara yang lebih sederhana dan mudah untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Kebaikan tersebar melalui para pengembang dakwah. Mengalir lewat perkataan maupun perbuatan mereka.
Kelima Tadhiyah, yaitu pengorbanan untuk meraih tujuan. Seperti dalam At Taubah ayat 111 bahwa Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik".
Karena tidak ada perjuangan di dunia ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan, dan gugur di jalan Allah adalah setinggi-tingginya cita-cita kami.
Keenam Taat, yaitu melakukan dakwah dengan tahapan Ta'rif-Takwin-Tanfidz.
Ketujuh Tsabat ,tsabat disini adalah senantiasa bekerja. Karena dakwah ini lama dan terus bersambung dan berkesinambungan. Selalu terus menenrus hingga kader selanjutnya, maka ketika kita lelah maka akan memutuskan rantai jalur dakwah itu, janganlah kita termasuk didalmnya.
"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)"
(QS: Al-Ahzab Ayat: 23)
Kedelapan Tajarrud, yaitu membersihkan dan melepaskan diri dari segala ikatan selain dari ikatan Allah dan segala sikap berpihak selain kepada Allah. Seperti dalam Al Baqarah ayat 138 bahwa "Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah".
Adalah ketulusan dan kesinambungan amal jihadi yang kita lakukan sehingga Allah meringankan dakwah ini dan hingga kita berjumpa denganNya kelak. Bagi aktivis dakwah yang sudah berkeluarga, tajarrud adalah melibatkan keluarga dalam dakwah dan jihad dan bukan meninggalkan mereka sehingga terabai hak-haknya.
Kesembilan Ukhuwah, yaitu Ukhuwah adalah ikatan jiwa yang melahirkan perasaan kasih sayang, cinta, dan penghormatan yang mendalam terhadap setiap orang, di mana keterpautan jiwa itu ditautkan oleh ikatan akidah Islam, iman dan takwa.
Persaudaraan yang tulus ini akan melahirkan rasa kasih sayang yang mendalam pada jiwa setiap muslim dan mendatangkan dampak positif, seperti saling menolong, mengutamakan orang lain, ramah, dan mudah untuk saling memaafkan.
Dan sebaliknya dengan ukhuwah juga akan terhindari hal-hal yang merugikan dengan menjauhi setiap hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi orang lain, baik yang berkaitan dengan jiwa, harta, kehormatan, atau hal-hal yang merusak harkat dan martabat mereka.
Sesungguhnya Islam telah menghimbau kepada umatnya untuk senantiasa menjaga ukhuwah ini, karena pada hakekatnya kaum mukminin itu bersaudara.
Mereka bagaikan susunan bangunan yang kokoh yang saling menguatkan satu dengan yang lain. Allah berfirman (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara.” (Al Hujurat: 10)
Kesepuluh Tsiqah, yaitu Yang dimaksud dengan tsiqah adalah ketenangan hati seorang jundi (prajurit) kepada pimpinannya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya. Sebuah ketenangan yang dalam hingga menghasilkan rasa cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan.”
Al-Imam Asy-Syahid berkata:
“Yang saya maksudkan dengan thiqah ialah ialah keyakinan seorang jundi (pendakwah) terhadap qiadah (pemimpin) pada kemampuan dan keikhlasannya, dengan keyakinan yang mendalam sehingga akan melahirkan perasaan kasih, penghargaan, penghormatan dan ketaatan.
Firman Allah Taala:
Maksudnya: “maka demi tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman, sehinggalah mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya“. (surah al-isra’: 52)
Qiadah merupakan sebahagian dari dakwah. dakwah tidak akan wujud tanpa qiadah. kekuatan sistem jammah, kekemasan strateginya, kejayaannya menuju matlamat dan keupayaannya menghadapi segala bentuk halangan serta kesusahan sangat bergantung kepada sejauh mana timbal balik thiqah di antara qiadah dan jundi.
Firman Allah Taala:
Maksudnya: “taat dan mengucapkan perkataan yang baik adalah lebih baik bagi mereka“. (surah al-anfal: 46)
Dalam da’wah ikhwan, qiadah mempunyai hak seorang bapa di sudut ikatan hati, hak seorang ustaz di sudut memberi ilmu, hak seorang seorang shaikh di sudut pendidikan rohani dan hak seorang pemimpin di sudut siasah dan polisi umum da’wah. da’wah kita merangkumi semua makna-makna ini”.
So ? BERGERAKLAH!