Late Post , di Kelas Morfologi dan Kebahasaan
Bismillah, sebenarnya saat di Kelas sedang membahas morfologi mengenai imbuhan atau Afiks, namun entah kenapa jari jemari ini terasa gatal tuk menari di Atas Keyboard laptop. Tiba-tiba terpikir mengenai foto-foto yang diambil beberapa waktu lalu. Tak ada yang istimewa dari pengambilan foto, dan bahkan tak ada unsur Photography didalamnya. Namun entah kenapa selalu ada cerita dari setiap moment yang dilalui, entah itu apapun ternyata Tadabur alam itu lebih bermakna dalam pembelajaran hidup.
Seperti sebuah Morfem yang merupakan bagian terkecil dari morfologi, akan memiliki arti dan makna berbeda ketika mendapat imbuhan Afiks. Begitu juga dengan kehidupan, akan lebih berwarna dan bermakna saat kita melihat akan tanda-tanda dan segala tentang-Nya, bertadabur kau akan mendapat ilmu itu.
Tak ada yang spesial dari foto ini, namun foto ini memiliki makna dalam dalam pencapaian menjadi mahasiswa setiap harinya. Aku tak terlalu ahli dalam menggambar, namun aku termasuk pribadi yang sangat menyukai segalanya yang visual. Maka inilah gambaran cover buku kuliahku saat ini, tak nampak seorang ahli seni atau bahkan tak terlihat seorang mahaisswa akademik. Hanyalah seorang mahasiswa biasa yang mencoba menjadi pribadi lebih baik, belajar bertalbul ilmi, namun juga sangat menyukai sosil lingkungan. Itulah, dengan bertadabur akan ciptan-Nya yang nyata, maka akan meyadari karunia yang Allah berikan begitu banyaknya hingga kita tak dapat menghitung setiap kecil karuni-Nya itu, hanya dengan bersyukur dan seanantiasa menjaga keimanan kita untuk senantiasa dekat dengan-Nya, ah iya! Ya Rab~ hilangkanlah rantai belenggu yang saat ini sedang mengikat hati ini, agar senantiasa semua impian itu akan tercapai karena keberkahanMu~
Hahaha, setiap melihat foto ini selalu ingat dengan murid pertamaku. Bukan murid di sekolah, namun dua sosok bocah yang pertama kali megajariku untuk menjadi seorang Guru. Iya, mereka adalah murid Les yang kuajar pertama kali. Kia, Zaki namanya. Kia seorang bocah lugu dan penyayang kelas 4 SD, dan Zaki kakaknya anak kelas 2 SMP yang sedang mencari jati diri. Keduanya memiliki pribadi yang unik, dan bahkan dapat membuat semangat ini selalu ada ketika bertemu mereka. Mereka bukan anak yang "penurut" namun mereka mampu mengikuti dengan arahan dari kita, sering kali memang mereka membuat emosi ini akan meluap dengan tingkah bocahnya, namun lebih sering senyum mereka memberikan semangat tuk menjadi pribadi yang bermanfaat. Ah, merindukan senyum kecil mereka. Apakah mereka juga merindukan saya seorang guru dan sahabatnya?
Al namanya, balita ini adalah adik bungsu dari Kia dan Zaki. Ia memang tak ikut belajar les denganku, namun tingkah polah dan kecerdasannya membuatku kagum dan belajar darinya. Bagaimana ia bgitu cerdas dalam segi visual, dan bagaimana ia setiap harinya aku mengajar les di rumahnya maka ialah yang akan pertama kali menunggu dan menyambutku di depan gerbang rumahnya. Senyumnya yang manis membuat rasa lelah perjalanan menuju rumahnya hilang seketika. Ada sebuah cerita menarik dalam kecerdasan visual Al, saat itu didalam catatan kuliah saya menggambar kartun "hantu" karena saat iseng dalam perkuliahan. Dan Al melihat sekali dan sekilas gambar hasil karyaku itu, ia hanya melihat dan tersenyum tanpa memberikan komentar gmbar aku, kemudian ia pergi meninggalkan kami yang sedang belajar.
Seminggu kemudian, saat jadwal mengajarku kembali di rumahnya untuk les privat kedua kakaknya tiba-tiba di pintu gerbang ia telah menunggu dan langsung memberiku secarik kertas yang bergambar, dan ternyata gambar itu adalah gambar yang ia tiru dari gambar haisl karyaku, gambar yang ia buat begitu deatil dan mirip, itu merupakan hal luar biasa menurut saya. Bagaimana seorang balita mampu membuat kita kagum dengan kelebihannya, sungguh. Gambar diatas adalah gamabar hasil karyaku, dan no 2 adalah hasil karya Al. Bisa anda nilai sendiri :D
Rumah, saat ini adalah salah satu hal yang jauh bagi seorang mahasiwa yang sedang kuliah. Bahkan seorang aktivis kampus, keluarga dan rumah merupakan hal yang begitu penting dan berkualitas. Sedikit cerita saat mudik ke rumah halaman saat itu, hujan kini sedang musimnya. Payung dan jaket hujan kini mulai digunakan kembali, tanpa berdebu di ruang penyimpanan. Tumbuhan dan rerumputan kembali menghijau dianatara warna-warni bunga liar yang mempesona.
Sore itu hujan, seperti biasa aku begitu menyukai aroma tanah yang tertimpa hujan, sangat menikmati setiap tetesnya hujan akan keberkahan dan karunia dari-Nya. Karena dengan melihat hujan maka kenangan dan memori lalu saat hujan itu akan terputar kembali dalam pikiran. Kembali terlihat jelas saat bagaimana kenangan SD dan bocah bermain dengan kawna-kawan saat hujan turun, ah indah.
Saat asik dengan lamunan dan kenangan masa lalu, tiba-tiba seorang bocah balita tetangga depan rumah berlari kesana-kemari di depan rumahku, ia asik tertawa bahagia sambil hujan-hujanan dengan bebasnya. Ia asik menkmati setiap tetesnya air hujan yang membasahi tubuh mungilnya. Huah, iri rasanya melihat tingkah polanya kala itu, begitu lepas dan bebas tanpa beban. Tertawa bahagia, sungguh menyennagkan apa yang ia lakukan kala itu, bahkan dengan hal kecil ia masih bisa bahagia dan tertawa riang. Lalu orang dewasa ? mengapa begitu sulit untuk tertawa bahgia, padahal bahagia itu begitu mudah, karena kita yang memilihnya.
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan ?